JOURNAL

Sabtu, 17 Juli 2010

1998-2009, 46 Ekor Harimau Sumatera Mati

Dasawarsa terakhir ini, 46 Harimau Sumatera terbunuh dalam konflik dengan manusia. Konflik dipicu karena semakin menciutnya habitat asli satwa dilindungi tersebut. 

Riauterkini-PEKANBARU-Humas WWF Riau Syamsidar kepada Riauterkini Jum'at (16/7/10) mengatakan bahwa jumlah harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang berhasil diidentifikasi hingga 2009 berdasarkan belangnya hanya tinggal tersisa sebanyak 30 ekor. Jumlah tersebut hanya sebesar 10 persen dari jumlah populasi satwa harimau Sumatera di Pulau Sumatera. 

Menurutnya, sejak tahun 1998 hingga 2009, ditemukan 46 ekor harimau mati akibat konflik dengan manusia dan perburuan. Menurunnya kawasan habitat harimau menjadi salah satu pemicu konflik antara harimau dengan manusia.

Untuk penyelamatan Harimau Sumatera yang memang dilindungi dan ada UU-nya, tambahnya, pemerintah perlu membuat sebuah kebijakan. Yaitu mengkondisikan wilayah di sekitar kawasan hutan konservasi sebagai koridor satwa pelestarian harimau. Katanya, Koridor satwa atau koridor biologis akan menghubungkan kawasan konservasi agar satwa yang bersifat menjelajah seperti harimau dapat berpindah untuk keberlanjutan populasinya.

"Sejauh ini, kawasan yang menjadi habitat asli Harimau Sumatera setiap harinya semakin mengecil akibat ulah pembalak liar. Di sisi lain, perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan sawit yang cukup signifikan di 10 tahun terakhir ini juga menjadi penyebab keluarnya harimau dari habitatnya karena minimnya makanan yang tersedia," terangnya.

Gangguan ekosistem harimau Sumatera saat ini terjadi di daerah Kuala Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu dengan terjadinya penyempitan kawasan yang menjadi habitat Harimau Sumatera. Belum lagi minimnya upaya untuk membantu menyelamatkan harimau yang tersisa.

Sementara itu, Kepala BBKSDA Riau, Trisnu Danisworo kepada Riauterkini mengatakan bahwa ketertarikan pihak swasta (perusahaan) untuk ikut serta membantu menjaga Harimau Sumatera. Paling-paling hanya baru sekadar mencadangkan kawasan konservasi.

"Saat ini, dari puluhan perusahaan yang bergerak di sektor industri kehutanan dan perkebunan, baru ada satu perusahaan swasta memiliki program khusus untuk penyelamatan harimau. Kita berharap ke depan semakin banyak perusahaan yang peduli terhadap kelestarian habitat yang dilindungi tersebut," terangnya.






Jum’at, 16 Juli 2010 18:14


http://riauterkini.com/lingkungan.php?arr=30684

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank You