Rusia. Apa yang ada di benak kita, pada saat mendengar atau membaca
profilnya? Bagi sebagian besar orang, terutama kacamata masyarakat
Indonesia masih menganggap Rusia (atau dahulu lebih dikenal sebagai Uni
Soviet) identik dengan komunis, atheis atau cuacanya yang dingin. Namun
tak dapat dipungkiri, negara dengan wilayah terluas di dunia ini
memiliki daya magis tersendiri yang membuatnya turut berperan dalam
berbagai peristiwa penting dalam peradaban manusia.
Setelah
euforia menyelesaikan studi S1 di kota gudeg Yogyakarta, saya
dihadapkan pada dua pilihan : mencari kerja atau sekolah. Dalam hati
saya waktu itu memprioritaskan untuk bekerja, sekolah lagi hanyalah plan
B apabila “apes”. Tuhan tidak bermain dadu begitu kata tokoh favorit
saya, Einstein. Yang terjadi adalah perasaan saya sebagai fresh graduate
saat menghadiri banyak job fair membulatkan tekad saya untuk sekolah
lagi. Bukan lari dari kenyataan atau alergi terhadap dunia kerja, pun
nanti saya pasti akan menjadi pekerja. “Sudah banyak orang pintar di
Indonesia, saya yang biasa-biasa ini harus punya amunisi tambahan”,
begitulah kata yang terngiang di benak saya.
Setiap tahun,
negara-negara yang menempatkan Kedutaan besar di Jakarta pasti
memberikan kesempatan beasiswa belajar baik dari tingkat S1, S2, S3
hingga Post-doktoral. Demikian halnya dengan Pemerintah Federasi Rusia
rutin memberikan beasiswa kepada Warga Negara Indonesia, kuotanya
berkisar 30-35 orang pertahun. Data terkini (2012) kurang lebih 160
orang Indonesia menuntut ilmu di Rusia tersebar dari St.Petersburg
hingga Vladivostok. Jumlah ini sangat sedikit bila dibanding dengan
mahasiswa kita yang belajar di negara lain semisal Australia, Amerika
atau Eropa Barat sekalipun yang selalu dibanjiri peminat setiap tahun.
Kalah
populerkah beasiswa Rusia ? Saya berani menjawab tidak! Itulah yang
saya rasakan pada saat menginjakkan kaki di Moskwa, atau lebih tepatnya
di Kampus RUDN (People’s Friendship University) , tempat dimana saya
akan menuntut studi master selama tiga tahun (satu tahun fakultas
persiapan dan dua tahun teori). Generasi di Indonesia saat ini mungkin
sedikit yang paham (kecuali generasi era Soekarno atau pencinta sejarah)
betapa majunya negara Rusia dalam dunia pendidikan terutama ilmu
kedokteran, eksakta dan sosial humaniora.
Negara berpotensi BIC
semisal Brazil, India dan Cina rutin mengirimkan ratusan
warganegaranyanya menuntu ilmu kesini. Kalau lingkupnya dipersempit ke
level ASEAN maka kita harus berkaca pada Malaysia dan Vietnam yang rutin
mengirim 3000-4500an mahasiswa setiap tahunnya ke berbagai universitas
di Rusia. Sama halnya dengan beberapa negara Amerika Latin dan Timur
Tengah. Negara tersebut bukanlah yang dipandang sebelah mata dalam
konstelasi politik internasional dan pastinya tidak gegabah untuk
menanamkan asetnya ke Rusia. Tidaklah apik mempertanyakan kemana
paradigma negara kita selama ini, yang membedakan adalah visinya kedepan
yakni memberikan pendidikan yang berkualitas bagi setiap rakyat.
Detail
beasiswa sudah bisa kita ketahui di internet dan tidak ada syarat
TOEFL, IELTS atau GRE dalam beasiswa ini. Hal ini dikarenakan Rusia
bukanlah negara yang menganggap bahasa Inggris itu patut dipelajari.
Inilah Rusia! begitulah pemikiran rakyat Rusia yang senantiasa berbeda
dari negara-negara lain. Jadi bahasa Inggris tidak berguna? Hmm. tidak
juga, beberapa teman saya dari Afrika dan Amerika Latin cukup fasih
berbahasa inggris.
Jadi kalau ingin luwes bergaul di Rusia, ada
baiknya bahasa Inggris jangan ditinggalkan. Sebenarnya di Rusia juga ada
beberapa kampus dengan fasilitas menggunakan bahasa Inggris di
“international class”,cuman sayang tidak ditawarkan dalam skema
beasiswa. Selain itu biaya hidup tidak ditanggung oleh Pemerintah
Federasi Rusia, memang ada uang saku yang rutin diberikan setiap bulan,
yakni 1199 Rubel (+-37 dolar amerika). Sangat kecil untuk ukuran biaya
hidup di Moskwa yang berpredikat salah satu kota termahal di dunia.
Tapi
jangan khawatir dulu,orang bijak berkata banyak jalan menuju Roma,
sebagai mahasiswa, banyak fasilitas yg diberikan seperti : asrama dengan
harga terjangkau, kartu sosial (untuk transportasi) dan yang paling
penting bagi saya: kompor, karena selama hidup disini, memasak adalah
solusi yang mujarab untuk menekan pengeluaran sehari-hari.
Ini
hanyalah contoh di Moskow, namun di kota-kota lain seperti Rostov,
Ulyanovsk atau Krasnodar mungkin berbeda. Kuncinya adalah pribadi
masing-masing mau memilih gaya hidup seperti apa. Apabila beasiswa dari
Pemerintah Federasi Rusia dirasa tidak mencukupi,ada juga beasiswa yang
ditawarkan oleh DIKTI biasanya diperuntukan untuk kalangan akademisi
(seperti dosen PNS atau swasta). Untuk test ini biasanya memakai TOEFL
dengan skor sekitar 450-500. Dan beasiswa yang didapat sekitar 500 dolar
amerika. Hanya saja program ini tidak dibuka setiap tahun. Untuk lebih
jelasnya bisa ditanyakan di Depdiknas Jakarta.
Saat saya menulis
tulisan ini, di Moskwa sedang turun salju (зимои). Sebagai orang
yang lahir dan tinggal di dekat garis khatulistiwa, hal ini sangat unik.
Seunik perasaan orang Rusia melihat dunia. Dibalik dingin dan
kesukaannya menenggak vodka, tersimpan kehangatan dan misteri yang hanya
bisa dimengerti oleh mereka sendiri. Percaya atau tidak, jarak Rusia
dan Indonesia yang kira-kira 9.800 kilometer terasa dekat saat dosen
saya di kelas persiapan bahasa, menyanyikan lagu “Rayuan Pulau Kelapa”.
Rusia sudah lama memandang Indonesia sebagai sahabat. Presiden pertama
RI, Soekarno menyadari hal itu, namun masanya telah lewat. Yang tersisa
sekarang hanyalah romansa kuno belaka. Saat ini adalah era merintis
persahabatan itu kembali. Tidak semua orang Indonesia mau mengambil
langkah non-populer untuk belajar kesini, tetapi kami melakukannya
karena rasa keingintahuan yang besar akan negeri beruang merah nan penuh
misteri.
Informasi mengenai beasiswa Rusia bisa diperoleh melalui:
PUSAT KEBUDAYAAN RUSIA
Jalan Diponegoro No.12, Menteng, Jakarta Pusat 10310, Phone. (+6221)31935290),
pada hari kerja Senin-Jumat jam 9.00-17.00 WIB.
Penulis: Adri Arlan
(Sedang Belajar Fakultas Persiapan Bahasa untuk mempersiapkan Master of Foreign Studies di People Friendship University, Moskwa)
kutip
republika